Sabtu, 01 November 2008

PROKLAMASI JEMAAT PERDANA

PROKLAMASI JEMAAT PERDANA

I Pendahuluan
Berbicara mengenai kekristenan tidak akan terlepas dari proklamasi jemaat pertama mengenai siapa itu Yesus. Proklamasi ini terkait dengan peristiwa kebangkitan, yang selanjutnya terkait dengan Injil. Proklamasi mengenai kebangkitan dan juga Injil menjadi sesuatu hal yang tidak mudah untuk dipahami. Akan tetapi, tidak ada salahnya jika dalam paper ini kelompok akan mencoba untuk menyajikan kedua proklamasi ini dalam rangka untuk mengetahui apa dan bagaimana jemaat perdana ‘menyatakan’ imannya mengenai siapa itu Yesus.
II Proklamasi Jemaat Perdana tentang Kebangkitan
Peristiwa kebangkitan (Paska) menjadi titik tolak bagi iman jemaat perdana kepada Yesus. Peristiwa ini juga dapat dijadikan sebagai ‘pemisah-sekaligus pengikat’ antara Yesus ‘pra-paska’ dan Yesus ‘pasca-Paskah’ Menurut Borg, Yesus pra-Paskah adalah Yesus sebagai sosok sejarah sebelum kematian-Nya, sedangkan Yesus pasca-Paskah adalah Yesus dari tradisi Kristen dan pengalaman. Maksudnya, Yesus pasca-Paskah bukan hanya hasil dari kepercayaan dan pemikiran Kristen, melainkan suatu unsur dari pengalaman.
Peristiwa kebangkitan menggambarkan bahwa Allah sendiri yang membangkitkan Yesus dari kematian. Beberapa minggu setelah peristiwa penyaliban Yesus , para murid menjadi percaya bahwa hal ini adalah sebuah fakta yang tak dapat disangkalkan lagi dari suatu peristiwa sejarah. Keseluruhan sejarah gereja yang terkemudian berdasar pula pada kenyataan ini. Pernyataan bahwa Yesus telah menampakan diri kepada Petrus, lalu kepada para murid, merupakan suatu hal yang terkandung dalam tradisi mula-mula sesudah paskah (post-Easter) yang terdapat di dalam PB.
Selanjutnya, peristiwa kebangkitan dipahami secara berbeda oleh para pakar Perjanjian Baru, terkhusus John Dominic Crossan dan N.T.Wright. Menurut Crossans, peristiwa penyaliban tidak seluruhnya adalah sebuah sejarah (terkhusus peristiwa penguburan), tetapi lebih mengarah kepada sebuah pergumulan pengikut Yesus dalam memaknai kematian dan pengalaman akan Yesus yang terus menguasai mereka. Di pihak lain, N.T.Wright menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memisahkan peristiwa kebangkitan dengan munculnya Kekristenan. Peristiwa inilah yang membentuk sebuah komunitas Kristen yang solid, yang memiliki cerita, praksis, dan simbolnya masing-masing. Wright juga menambahkan bahwa pemahaman tentang alam baka/akhirat (afterlife) bukalah sesuatu hal yang sama di segala zaman. Dalam bukunya, N.T.Wright menjelaskan bagaimana pemahaman tentang alam baka dimengerti dan dipahami dalam konteks Perjanjian Lama, Yudaisme setelah zaman Alkitab (post-biblical Judaism) dan dalam tulisan-tulisan Kekristenan (surat-surat Paulus, Injil, Kisah Para Rasul, Ibrani, Surat-surat yang lainnya, Wahyu). Perbedaan pendapat tentang kebangkitan bukanlah suatu hal yang baru, tetapi yang terpenting adalah bagaimana peristiwa tersebut –terlepas dari perdebatan sejarah atau bukan- merupakan sebuah proklamasi dari jemaat perdana, di mana setiap jemaat memiliki pemaknaannya masing-masing.
Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa dimulai dengan Paskah, gerakan Kristen perdana seterusnya mengalami Yesus sebagai suatu realitas hayati setelah kematian-Nya, tetapi di dalam suatu cara yang sama sekali baru. Setelah Paskah, para pengikut-Nya mengalami-Nya sebagai sebuah realitas spiritual –sebagai Kristus-, yang dapat hadir di segala tempat. Pengalaman akan Yesus yang bangkit menjadi dasar pergerakan jemaat Kristen perdana. Pengalaman ini juga bertautan dengan pengharapan eskatologis Yahudi abad I, dimana jemaat perdana percaya bahwa Yesus telah bangkit dan menyatakan kepada mereka bahwa mereka harus menjadi sebuah komunitas yang saling terikat dan mempersiapkan mereka kepada peristiwa eskatologis. Pertautan antara peristiwa kebangkitan dan pengharapan eskatologis dapat dijelaskan sebagai berikut : pengharapan eskatologis yang dipahami adalah pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah saat mereka berada di Yerusalem –penyempurnaan ajaran Yesus-. Pengharapan ini menjadi sirna saat Yesus –sosok pemimpin mereka- mengalami kematian. Akan tetapi, pengharapan ini menjadi ‘bangkit’ kembali seturut dengan ‘pengalaman’ mereka akan kebangkitan Yesus, yang mendorong mereka untuk meneruskan pengharapan eskatologis tersebut, yaitu kedatangan Kerajaan Allah (misi Yesus). Hal ini menunjukkan bahwa peristiwa Paskah (kebangkitan) menjadi sebuah momentum iman jemaat perdana terhadap Yesus. Yesus, yang dahulunya adalah sosok sejarah, sekarang (pasca-Paskah) menjadi sosok Yesus ‘spiritual’.
Peristiwa kebangkitan juga tidak dapat dilepaskan dari peristiwa penampakan. Peristiwa penampakan ini mungkin dapat dikategorikan sebagai sebuah “penglihatan”, tetapi di dalam PB mereka menyatakan hal ini sebagai sebuah aksi penyingkapan dari Allah dan bukan hanya sebagai pengalaman spiritual belaka. Pengakuan Paskah (easter testimony) menyatakan bahwa sebuah tindakan dari Allah bukan hanya terjadi bagi para murid saja, tetapi juga merupakan sebuah tindakan yang terlebih dulu dilakukan oleh-Nya di dalam Yesus, yang mana Ia sendiri mengeluarkan Yesus dari sejarah masa lalunya dan memasukan Yesus ke dalam kekiniannya yang abadi. Untuk selanjutnya perjumpaan dengan Yesus tidak hanya terbatas kepada siapa yang melihat dia pada awal-awal permulaan pelayanan-Nya atau pada kemunculan-Nya pada pasca kebangkitan atau pengingatan akan pengalaman ini. Ini berarti bahwa keselamatan yang tercakup di dalam perkataan dan perbuatan Yesus adalah tidak hanya sebuah ingatan/peristiwa masa lalu saja, tetapi adalah sebuah keselamatan yang berlanjut dan yang selalu diteruskan pada saat ini. Inilah mengapa pemberitaan gereja tidaklah sekedar perluasan pemberitaan Yesus tentang kerajaan Allah sebagai tindakan eskatologis Allah. Tetapi lebih kepada pemberitaan Yesus sendiri, sebagai dia yang melaluianya Alaah memulai tindakan eskatologis dalam peristiwa kematian dan kebangkitannya dan terus bertindak secara eskatologis dalam kerugma gereja serta akan memenuhi tindakan eskatologis ini pada akhir
zaman. Inilah mengapa Sang Pemberita menjadi yang diberitakan dan kristologi implisitnya Yesus menjadi kristologi eksplisit gereja.
Adalah benar bahwa gereja perdana melanjutkan pemberitaan Yesus (kerajaan Allah sudah dekat) Mat 10 dan ayat sejajarnya Mark 1 : 15. Tetapi kenyataannya bahwa gereja melanjutkan pemberitaan Yesus berdampingan dengan pemberitaan gereja akan kebangkitannya. Hal ini karena pesan eskatologis Yesus telah dipertanyakan secara radikal khususnya ketika diperhadapkan dengan penyalibanya. Berita Yesus hanya dapat dilanjutkan lewat pembenaran akan yesus dan pesannya melalui kebangkitan, jadi walaupun bahaan q tidak mengandung kerygma kebangkitan tetapi ia mengandaikannya. Gereja perdana hanya dapat melanjutkan beritanya Yesus hanya ketika itu disandingkan dengan berita gereja sendiri bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari kematian.
III Proklamasi Jemaat Perdana mengenai Injil
Secara mendasar mengenai proklamasi gereja perdana mengenai Injil ini tak lepas dari peran tradisi kitab Yahudi yang sekarang kita sebut Perjanjian Lama. Yesus sebagai inti dari pemberitaan itu dalam PL merupakan tanda bahwa Ia adalah yang dimaksud dari yang dinubuatkan para nabi. Pusat dari peran PL dalam gereja-gereja perdana dipahami dalam kematian dan kebangkitan Yesus, melalui Mazmur 110 dapat dilihat siapa yang dimaksud, Yesus, yang dimuliakan, duduk di sebelah kanan dan yang berkuasa atas kematian.
Dalam Perjanjian Baru, terkhusus pada zaman Paulus ada banyak referensi-referensi yang tereksplisit mengenai Proklamasi Kristen mula-mula ini. Tercatat dalam buku Brevard bahwa Paulus mendahului para rasul lainnya dan yang paling penting ialah Paulus memberitakan Injil sendiri yang artinya dapat kita lihat dalam I Kor.15: 3 dan I Kor.11: 23. Dalam terjemahan Yunani, seringkali penyebaran Injil ini dikenal sebagai Kerygma yang merupakan pesan itu sendiri dalam gereja-gereja perdana. Penyebaran Injil ini hanya melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Namun, dalam tiap jemaat sendiri mempunyai arti dan pemahaman yang berbeda-beda mengenai kematian dan kebangkitan Yesus –seeprti yang telah disinggung di atas-. Ketidaksamaan itu disebabkan, antara lain, karena konteks hidup masing-masing jemaat memang tidak selalu sama.
Proklamasi jemaat perdana mengenai Injil ini terbentuk dalam rangka untuk menggambarkan figur seorang Yesus. Yesus digambarkan sebagai seorang tokoh yang mampu memberikan gambaran yang kuat dalam setiap perilakunya. Pernyataan ini bersifat eksklusif dalam sejarah pengetahuan tentang diri Yesus. Dalam perkembangannya, Injil-injil perjanjian baru dibagi tiga Markus, Matius, Lukas. Kita dapat menyebutnya sebagai injil sinoptik karena masing-masing injil tersebut saling berhubungan dan saling terkait. Tidak dapat disangkal injil sinoptik bukanlah suatu sumber sejarah yang bersejarah setelah figur Yesus dari Nazareth di masa yang lalu dapat digunakan tanpa kritik dan latihan .
Pada umumnya kita dapat membedakan injil-injil yang menjadi bagian dalam tradisi. Melalui injil ini kita akan dapat mengerti kekuatan dari sejarah Yesus yang selama ini kurang kita pahami. Melalui pembagian injil-injil ini maka kita dapat lebih fokus terhadap bagian-bagian yang telah disusun sesuai dengan penulisan yang ada saat itu. Perkembangan demi perkembangan akan dibicarakan dalam injil tersebut. Perkembangan tersebut dimulai dari diri Yesus sendiri sampai kepada masalah sosial masyarakat yang terjadi saat itu. Tidak ada satu jalan keluarpun yang sulit untuk ditempuh sebagai solusi dalam setiap permasalahan yang ada di dalam injil. Sejarah Yesus dimengerti untuk membangun semua tradisi-tradisi yang dikumpulkan bersama dalam injil-injil.
Komunitas Paulus kelihatannya menggunakan istilah injil sebagai sebutan yang umum. Injil yang ada dalam tradisi mula-mula tersebut menjadi satu bagian yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat sosial saat itu. Iman menjadi salah satu bagian yang ada di dalamnya. Iman menjadi suatu unsur yang kuat dalam injil kristiani. Pada kenyataannya, injil dipakai untuk memproklamirkan atau mengumumkan berita tentang kristiani yang didalamnya keberadaan Yesus diceritakan. Proklamasi injil yang diberitakan dalam Perjanjian baru meliputi ; Yesus Kristus, Yesus adalah anak Allah, Yesus adalah Tuhan.
Selain itu, injil kristiani dalam perjanjian baru juga menceritakan tentang asal mula baptisan yang diyakini dimulai pertama kali ketika Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis, penyembahan dan konfrontasi. Hal apapun yang akan diceritakan oleh injil kristiani dalam perjanjian baru merupakan dasar orang-orang kristiani untuk dapat bertumbuh dalam iman dan kepercayaan mereka. Bagian yang terpenting yang tidak akan pernah dapat dipisahkan adalah bahwa injil kristiani tersebut tidak dapat dipisahkan dari tradisi mula-mula. Inilah yang menjadi dasar dan juga lambang yang menjadi ciri khas injil kristiani.
Informasi yang penting yang akan kita dapatkan melalui proklamasi injil perdana ini adalah bagaimana kita dapat memahami injil yang membawa suatu berita kristiani yang bijak yang berada di jalan iman kita yang kuat dengan kekuatan roh kudus yang membebaskan orang yang percaya kepada-Nya.

IV Refleksi Teologis
Injil dan Kebangkitan menjadi titik sentral perkembangan kekristenan di dunia. Terlepas dari sejarah atau tidaknya peristiwa Kebangkitan, yang pasti bahwa peristiwa ini ‘membangkitkan’ semangat jemaat perdana untuk membentuk sebuah komunitas yang solid dan mampu untuk ‘menghidupkan’ misi Yesus di dunia. Peristiwa kebangkitan dan Injil menjadi sebuah ‘peringatan’ akan Yesus yang terus memotivasi setiap orang yang mengenal-Nya untuk meneruskan misi-Nya yaitu Kerajaan Allah. Seperti pada jemaat perdana, Injil dan peristiwa kebangkitan memampukan mereka untuk menjadi jemaat yang solid karena mereka merasakan terus kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka, sudah seharusnya gereja pada zaman sekarang, terkhusus dalam konteks Indonesia, dapat memaknai kedua hal tersebut sebagai motivator persekutuan. Persekutuan yang ‘hidup’ bukanlah persekutuan yang pasif, tetapi persekutuan yang memampukan setiap orang untuk menghadirkan Kerajaan Allah, dalam semangat kebangkitan dan Injil, di tengah-tengah konteks masyarakat yang tertindas, terbelenggu, dlsb.


DAFTAR PUSTAKA
Borg, Marcus J.Kali Pertama Jumpa Yesus : Yesus Sejarah dan Hakikat Iman Kristen Masa Kini. diterj. Ionaes Rakhmat. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia, 1997

Childs, Brevard S. Biblical Theology of The Old and New Testaments: Thelogical Reflection on the Bible. London: Xpress Reprints, 1996

Dunn, James D.G.Unity and Diversity in The New Testament: An Inquiry Into the Character of Earliest Christianity. Philadelphia : The Westminster Press, 1977

Ehrman, Bart D. The New Testament, A Historical Introduction To The Early Christian Writings,edisi III. New York : Oxford University Press, 2004

Fuller, R.H.The Foundation of New Testament Christology. London: Lutterworth Press, 1965

Fredriksen, Paula. From Jesus to Christ : The Origins Of The New Testament Images of Jesus. London : Yale University Press, 1988

Gunther Bornkamm, Gunther. Jesus of Nazareth. London : Hodder and Stiughton, 1960

Koester, Helmut. Ancient Christian Gospel : Their History and Development(Philadelphia : Trinity Press International, 1990

Stewart, Robert B (ed.). The Resurrection of Jesus : John Dominic Crossan and N.T.Wright Dialogue. Minneapolis : Fortress Press,2006

Wahono, S. Wisnoady. Di Sini Kutemukan: Petunjuk Mempelajari dan Mengajari Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002